Posted by : ismailamin Selasa, 14 Juli 2015

Hari Jum’at dalam pandangan umat Islam memiliki keistimewaan dan keutamaan yang besar. Ia disebut Nabi Muhammad dalam haditsnya sebagai hari raya, sehingga umat Islam disunnahkan untuk mandi di dalamnya. Dari Abu Lubabah bin Ibnu Mundzir ra berkata, Rasulullah Saw berkata, “Hari jum’at adalah penghulu hari-hari dan hari yang paling mulia di sisi Allah, hari jum’at ini lebih mulia dari hari raya Idhul Fitri dan Idul Adha di sisi Allah, pada hari jum’at terdapat lima peristiwa, diciptakannya Adam dan diturunkannya ke bumi, pada hari jum’at juga Adam dimatikan, di hari jum’at terdapat waktu yang mana jika seseorang meminta kepada Allah maka akan dikabulkan selama tidak memohon yang haram, dan di hari jum’at pula akan terjadi kiamat, tidaklah seseorang malaikat yang dekat di sisi Allah, di bumi dan di langit kecuali dia dikasihi pada hari jum’at.” (HR. Ahmad). Pada hadits lain disebutkan, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Jum’at adalah penghulu para hari, Allah Swt menurunkan kebaikan pada hari itu dan mengampuni dosa-dosa, meninggikan derajat kaum Mukminin dan mengabulkan doa-doa dan pengharapan.” (Al-Kafi, jld. 3. hlm. 414)
Pada hari Jum’at diwajibkan bagi kaum muslimin khususnya laki-laki untuk menunaikan shalat Jum’at secara berjamaah di masjid-masjid. Pahala kebaikan dilipat gandakan pada hari ini. Bersedekah di hari Jum’at lebih baik dibandingkan bersedekah di hari lain. Bahkan meninggal dunia di hari Jum’at merupakan salah satu tanda dari khusnul khatimah. Dengan segala keutamaan dan keistimewaan yang dimilikinya, wajar jika sejumlah negara muslim, khususnya di Timur Tengah, menetapkan hari Jum’at sebagai hari libur, untuk memudahkan kaum muslimin meraup pahala sebanyak-banyaknya di dalamnya, dan sebagai hari raya, kaum muslimin bisa saling menjenguk dan bersilaturahmi di hari itu.
Kalau hari Jum’at diantara hari-hari lainnya dipilih Allah Swt sebagai sebaik-baiknya hari, maka masjid ditetapkan Allah Swt sebagai tempat yang paling dicintai-Nya. Rasulullah Saw bersabda, “Bagian negeri yang paling Allah cintai adalah masjid-masjidnya, dan bagian negeri yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim). Masjid dalam pandangan umat Islam diyakini sebagai rumah Tuhan, dan memang di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa masjid-masjid adalah kepunyaan Allah sebagaimana yang termaktub dalam surah al-Jin ayat 18. Masjid tempat diselenggarakannya shalat berjamaah, zikrullah dan tilawah al-Qur’an, tempat para ulama dan dai menerangkan Islam dan membimbing ummat. Memakmurkan masjid disebut dalam Al-Qur’an sebagai tanda orang-orang yang beriman dan yang mendapatkan petunjuk. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Jika kamu melihat orang rajin mendatangi masjid, maka persaksikanlah ia sebagai orang yang beriman.” (HR. Ahmad). Dalam haditsnya yang lain, Nabi Saw bersabda,” … dan tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid), untuk membaca Kitabullah (al-Qur’an) dan mempelajarinya di antara mereka melainkan akan turun ketentraman kepada mereka, rahmat akan menyelimuti mereka, para malaikat menaungi mereka dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat di sisi-Nya. ” (HR. Muslim)
Dari catatan di atas, dengan terhimpunnya keutamaan-keutamaan antara shalat Jum’at dengan masjid, itu sebabnya shalat Jum’at menjadi sangat istimewa dalam pandangan umat Islam di seluruh dunia. Namun tidak demikian bagi ISIS.
Setidaknya dalam empat bulan terakhir, terjadi empat kasus peledakan masjid di Yaman, Arab Saudi dan Kuwait yang didalangi oleh ISIS. Yang menjadi sasaran adalah masjid-masjid yang jamaahnya shalatnya mayoritas dari kalangan muslim Syiah. Di Sanaa ibu kota Yaman, pada Jum’at (20/3) terjadi dua kasus peledakan masjid secara beruntun. Total merenggut korban jiwa 142 orang dari dua ledakan bom di masjid Badar di Sanaa Selatan dan masjid Al-Hashus di Sanaa utara. Bom tersebut mengincar Syiah Houthi menyusul keberhasilan Syiah Houthi mengambil kendali atas Yaman yang ditinggal lari Mansour Hadi ke Arab Saudi. ISIS mengaku bertanggungjawab atas aksi bom bunuh diri tersebut, dan menyebut apa yang mereka lakukan, baru ujung gunung es saja.
Kasus yang sama menimpa dua masjid Syiah di Arab Saudi. Dari kota Qatif  Jum’at (22/5) terjadi aksi bom bunuh diri di masjid Imam Ali As yang dilaporkan 21 orang meninggal dunia. Pelaku pengeboman menjalankan aksinya ketika jamaah sementara bersia-siap menunaikan shalat Jum’at. Satu pekan setelahnya, Jum’at (23/5) masjid Imam Husain As di kota Dammam, ibu kota provinsi Syarqi Arab Saudi mendapat giliran menjadi sasaran aksi bom bunuh diri. Berkat kejelian pemuda penjaga masjid, korban dari ledakan bom bisa diminimalisir dengan mencegah pelaku yang menyamar dengan menggunakan busana muslimah untuk memasuki masjid. Bahkan seseorang dari mereka memeluk pelaku sesaat sebelum meledakkan diri untuk meminimalisir efek ledakan. Pada tragedi ini, empat pemuda Syiah menjadi korbannya. Bom meledak disaat jamaah masjid tengah mendengarkan khutbah Jum’at. Tidak juga berakhir, Jum’at (26/6) di awal pekan kedua Ramadhan, masjid Imam Shadiq As di Kuwait meledak oleh aksi bom bunuh diri disaat jamaah muslim Syiah sedang bersujud dalam shalatnya. Ledakan tersebut merenggut korban jiwa puluhan orang dan ratusan lainnya luka-luka.
ISIS dalam pernyataan resminya mengakui bertanggungjawab atas semua rangkaian aksi peledakan bom tersebut yang menyasar kelompok Islam Syiah, di masjid, pada hari Jum’at dan disaat mereka sedang menunaikan shalat. Dalam pandangan ISIS, Syiah bukan hanya kelompok yang sesat namun juga kafir sehingga layak untuk dibasmi, dibantai dan dibom meskipun didalam masjid dan sembari sedang shalat sekalipun. Di Indonesia tidak sedikit kelompok Islam yang memiliki pandangan yang sama dengan ISIS dalam menilai Syiah. Tidak hanya itu, untuk membuktikan bahwa Syiah itu kafir mereka menyebarkan isu bahwa Syiah itu tidak shalat Jum’at. Namun ternyata yang dibom oleh ISIS adalah jamaah Syiah yang mendirikan shalat Jum’at. Kita perlu bertanya, dari mana mereka mempelajari Islam?. Disaat umat Islam menjadikan hari Jum’at sebagai hari raya, hari menjalin silaturahmi dan berbagi kebahagiaan, mereka malah menjadikan Jum’at sebagai hari teror dan menebar kebencian. Masjid yang merupakan rumah Tuhan di mata ISIS justru menjadi rumah jagal, tempat mereka menumpahkan darah orang-orang yang sedang sujud di hadapan Allah Swt. Dan Ramadhan, bulan suci bagi umat Islam, yang didalamnya diharamkan untuk berperang dan menumpahkan darah, justru bagi ISIS menjadi bulan pembantaian atas nama membela kesucian agama.
Semua ulama mufassir baik dari kalangan Sunni maupun Syiah menjadikan ayat ini, "...Dan sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.” (Qs. al-Hajj: 40) sebagai dalil tegas, syariat Islam melindungi tempat ibadah dan haram merusaknya, terlebih lagi di bulan suci Ramadhan.
Wallahu al-Musta’an
Ismail Amin, Mahasiswa Universitas Internasional al Mostafa Qom Republik Islam Iran  

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Tentang Saya

Foto saya
Lahir di Makassar, 6 Maret 1983. Sekolah dari tingkat dasar sampai SMA di Bulukumba, 150 km dari Makassar. Tahun 2001 masuk Universitas Negeri Makassar jurusan Matematika. Sempat juga kuliah di Ma’had Al Birr Unismuh tahun 2005. Dan tahun 2007 meninggalkan tanah air untuk menimba ilmu agama di kota Qom, Republik Islam Iran. Sampai sekarang masih menetap sementara di Qom bersama istri dan dua orang anak, Hawra Miftahul Jannah dan Muhammad Husain Fadhlullah.

Promosi Karya

Promosi Karya
Dalam Dekapan Ridha Allah Makassar : Penerbit Intizar, cet I Mei 2015 324 (xxiv + 298) hlm; 12.5 x 19 cm Harga: Rp. 45.000, - "Ismail Amin itu anak muda yang sangat haus ilmu. Dia telah melakukan safar intelektual bahkan geografis untuk memuaskan dahaganya. Maka tak heran jika tulisan-tulisannya tidak biasa. Hati-hati, ia membongkar cara berpikir kita yang biasa. Tapi jangan khawatir, ia akan menawarkan cara berpikir yang sistematis. Dengan begitu, ia memudahkan kita membuat analisa dan kesimpulan. Coba buktikan saja sendiri." [Mustamin al-Mandary, Penikmat Buku. menerjemahkan Buku terjemahan Awsaf al-Asyraf karya Nasiruddin ath-Thusi, “Menyucikan Hati Menyempurnakan Jiwa” diterbitkan Pustaka Zahra tahun 2003]. Jika berminat bisa menghubungi via SMS/Line/WA: 085299633567 [Nandar]

Popular Post

Blogger templates

Pengikut

Pengunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Ismail Amin -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -