Posted by : ismailamin
Sabtu, 19 Maret 2016
Oleh media-media Barat, Iran diperkenalkan
sebagai negara yang masyarakatnya fundamental dan radikal, bahkan CNN menyebut
mereka sebagai orang-orang yang keras kepala. Namun, ada fenomena menarik yang
jarang diungkap mereka mengenai masyarakat Iran. Bagi yang pernah mengunjungi
Iran, pasti tahu benar fenomena ini. Masyarakat Iran adalah masyarakat yang
begitu gandrung dengan bunga-bungaan. Ukiran pintu dan dinding-dinding tiap
bangunan, pagar, halte bis, desain papan-papan reklame selalu dengan motif
bunga-bungaan. Saling memberi bunga pun menjadi budaya yang mengakar di dalam
masyarakat yang dipimpin para Mullah ini. Dari ulang tahun, melamar, menyambut
kelahiran anak, menjenguk orang sakit, melayat, menjemput keluarga di bandara
atau stasiun kereta api, bertamu, meminta maaf, mengucapkan selamat dan
merayakan hari-hari penting sudah menjadi kebiasaan untuk saling memberi
minimal setangkai bunga. Murid-murid sekolah di hari guru (bertepatan dengan
hari syahidnya Murtadha Muthahari) membawa setangkai bunga untuk diserahkan
kepada gurunya. Di hari Ibu dan Perempuan (bertepatan dengan kelahiran Sayyidah
Fatimah) para suami berjalan kaki sepulang kerja dengan membawa bunga di
tangan. Mereka sengaja tidak berkendara agar bunga di tangan tetap segar dan
tidak rusak ketika diberikan kepada sang istri. Sementara anak-anak sepulang
sekolah berdesak-desakan di kios-kios penjual bunga untuk membeli setangkai
bunga untuk ibu mereka. Karenanya tak heran, di setiap sudut jalan selalu saja
ada kios penjual bunga.
Sejarahpun menyisakan catatan mengenai bunga
dan perannya dalam revolusi Islam Iran. Revolusi Islam Iran 1979 juga dikenal dengan sebutan "Revolusi Bunga".
Hari itu, rakyat Iran menghadapi kekuatan militer Syah yang memiliki persenjataan
paling lengkap dan personel polisi yang paling mengerikan di dunia -saat itu- dengan
lontaran bunga. Dengan lontaran bunga itulah mereka bisa memukul mundur militer
dan meruntuhkan Dinasti Pahlevi. Sejak dari sinilah, masyarakat Iran semakin
mencintai bunga-bunga dan seolah-olah tidak bisa melepaskan kehidupannya dengan
bunga. Romantisme masyarakat Iran yang dibahasakan lewat bunga inilah yang
jarang diungkap media.
Begitu juga dalam menyambut tahun baru Iran.
Kios-kios penjual bunga menjamur di jalan-jalan. Semacam kewajiban bagi mereka,
memberi ucapan selamat tahun baru sembari menyerahkan bunga. Selain itu,
terdapat beberapa tradisi khusus masyarakat Iran dalam menyambut dan merayakan
tahun baru mereka. Dalam penanggalan Iran
hari tahun baru adalah hari pertama di musim semi (disebut Fasl-e
Bahor) yang setiap tahunnya bertepatan dengan tanggal 21 Maret. Sistem
penanggalan Iran telah disusun sejak 1725 tahun sebelum Masehi dan terus
mengalami penyempurnaan hingga kini. Dimasa kekhalifaan Islam, kalender Iran mengalami
penyesuaian dengan kalender Islam dan disebut dengan Kalender Hijriyah Syamsi
sebab penentuan tanggal Iran
berdasar pada edar bumi terhadap matahari dan disebut Hijriyah karena tahun
pertamanya juga dihitung dari hijrahnya Rasulullah saw ke Madinah. Adanya
perbedaan jumlah hari dalam setahun dengan kalender Hijriyah Qamari menyebabkan
jalannya tahun pada kalender Iran lebih lambat dan tahun ini baru memasuki 1395
HS sementara kalender Hijriyah telah memasuki tahun ke 1436 H.
.
Tradisi menyambut tahun baru (mereka
menyebutnya Nouruuz) dimulai sejak dua-tiga minggu sebelum bulan Esfand
(bulan terakhir dalam penanggalan Iran) berakhir. Hari-hari itu para ibu disibukkan dengan
membersihkan rumah dan berbelanja hiasan baru untuk rumah mereka. Dengan adanya
tradisi ini tentu saja pengeluaran di akhir tahun juga semakin bertambah, maka
umumnya, kantor negara atau perusahaan di akhir tahun memberikan memberikan
bonus atau hadiah tahun baru. Banyak sesuatu yang harus tersedia dalam prosesi
penyambutan tahun baru. Dalam menyambut detik-detik masuknya tahun baru di hari
terakhir tahun yang akan ditinggalkan, semua anggota keluarga dengan
menggunakan pakaian terbaik mereka -biasanya selalu baru- akan duduk
mengelilingi meja makan. Di atas meja makan telah tersedia tujuh buah jenis
makanan, yang kesemuanya berawalan huruf sin (abjad Arab). Mereka menyebut
makanan tersebut dengan haft-e sin (tujuh huruf sin) yang merupakan
pelambang tujuh kreasi ciptaan Allah yang harus disyukuri dan dipelihara.
Ketujuh makanan tersebut terdiri dari: Serkeh (cuka) yang bisa mengawetkan
makanan melambangkan usia yang panjang dan kelestarian, Sir (bawang putih) yang
melambangkan penyembuh, Samanu (semacam manisan yang terbuat dari gandum) yang
melambangkan kemakmuran, Sib (apel) melambangkan kecantikan dan kesegaran, Sabzi
(sayuran) melambangkan kesuburan dan kehidupan, Sumac (bumbu yang biasa
ditaburkan pada kebab) melambangkan warna matahari terbit, dan Senjed
(buah-buahan kering) yang melambangkan cinta dan perlindungan.
Yang juga biasanya tersaji di meja makanan
adalah bibit gandum yang sudah tumbuh 4-7 cm di taruh pada keranjang kecil,
cermin, Al Quran, ikan mas hidup dalam toples kaca, lilin, dan telur yang
berwarna warni lebih seringnya berwarna bendera kebangsaan Iran, konon katanya
tradisi ini telah berumur 15.000 tahun. Lilin pelita disimbolkan sebagai lambang
penerangan dan cahaya kehidupan. Cermin merefleksikan masa lalu agar bisa
menentukan rencana apa yang akan dilakukan di masa depan. Bibit gandum biasanya
sesuai dengan jumlah anggota keluarga melambangkan produktivitas. Telur yang
didekorasi dengan warna kebangsaannya melambangkan sentuhan patriotisme. Ikan
mas dalam toples melambangkan hidup yang penuh aktivitas dan gerakan.
Terakhir, Kitab Suci (bagi yang muslim,
Al-Qur'an) melambangkan apapun yang mereka lakukan harus ditujukan hanya kepada
Tuhan yang Esa dan berpedoman pada Kitab Suci. Ketika pemerintah melalui
televisi secara resmi mengumumkan saat pergantian tahun, maka seluruh anggota
keluarga saling berangkulan, mengucapkan selamat dan saling memberi bunga di
antara mereka. Kepala keluarga lalu membacakan Al Quran dan doa-doa
keselamatan. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama, sebagai lambang
keharmonisan keluarga mereka.
Di Qom, masyarakat Iran tumpah ruah di halaman
kompleks pemakaman Sayyidah Maksumah, mereka melakukan do'a bersama dalam
menyambut tahun baru 1395 HS. Hari-hari selanjutnya adalah hari saling mengunjungi
sanak famili dan handai tolan serta berekreasi di tempat wisata dan berlangsung
selama 12 hari kedepan. Secara resmi hari-hari tersebut adalah hari-hari libur.
Diantara berbagai perayaan tahun baru di dunia bisa jadi perayaan tahun baru di
Iran inilah yang terpanjang.
Selamat tahun baru Persia 1395 HS.
Nouruuz Mubarak Bod.
Ismail Amin
WNI Sementara menetap di Qom-Iran
Terima kasih atas tulisan ilustratifnya ttg hari raya Nowruz.
BalasHapusSelamat Hari Raya Nowruz bagi yang merayakannya.
Jadi pingin mengunjungi Iran
BalasHapusI love Iran...
BalasHapusI love Iran...
BalasHapus