Posted by : ismailamin Senin, 25 April 2016

Taufik Ismail, sastrawan dan Budayawan besar yang dimiliki bangsa ini ternyata tidak cukup hanya dengan malu sebagai seorang Indonesia, namun juga telah mengambil kesimpulan bangsa ini sudah diambang kehancuran. Pernyataan inipun dipertegas oleh beberapa intelektual, sastrawan, budayawan serta yang mengaku sebagai pejuang demokrasi. Ceramah-ceramah di mimbar dan halaman-halaman koran mengutip makian dan kutukan mereka. 

Data-datapun dipaparkan; jumlah resmi orang miskin 39,5 juta jiwa. Angka yang fantastis untuk sebuah negara yang telah merdeka 62 tahun lebih. DiAsia Tenggara indeks pembangunan manusia Indonesiamenempati posisi ke-7 di bawah Vietnam. Negara kitapun masuk Guines Book of Record karena menjadi negara perusak hutan tercepat di dunia. Walaupun telah gundul, masih saja terjadi penebangan liar yang merugikan negara sekitar USD 2 Miliar. Dengan seringnya terjadi kecelakaan transportasi beruntun dinegara kita, pemerintah AS mengeluarkan anjuran kepada warganya untuk tidak bepergian menggunakan maskapai penerbangan Indonesia. Indonesia duduk di ranking 143 dari 179 negara di dunia menurut Transparency International (IT) 2007 dengan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 2,3. Dengan indeks ini Indonesia sejajar dengan Gabia dan Togo dan kalah bahkan oleh Timor Leste. 

Pemerintah kitapun terengah-engah untuk menjaga sebuah kedaulatan, Malaysia tidak hanya berani merebut dua pulau Indonesia namun juga mengklaim Lagu "Rasa Sayange" dan alat musik angklung sebagai milik mereka. Media-media cetak melansir berita, "Kita ini sudah miskin, otak ngeres pula". Dengan paparan data, Indonesia pengakses situs porno ranking ke-7 dunia.4.200.000 situs porno di dunia, 100.000 diantaranya situs porno Indonesia. 80% anak-anak 9-12 tahun terpapar pornografi. 40% anak-anak kita yang lebih dewasa sudah melakukan hubungan seks pranikah. Dan setiap hari kita baca kasus siswa SMP/SMA memperkosa anak SD satu-satu atau ramai-ramai. Kitapun bahkan pernah dikejutkan dengan data 97,05 % mahasiswi sebua hkota besar telah kehilangan keperawanannya. Salahkah menyajikan data dan fakta ini?. 

Tentu saja tidak. Sebab kenyataan harus selalu dikabarkan. Namun bagi saya adalah kesalahan kalau hanya sekedar mengutuk dan mencecerkan aib sendiri lalu kemudian pesimis dan tidak berbuat apa-apa. Bahkan saya melihat ada kecenderungan untuk diakui sebagai pakar ataupun aktivis harus lebih dulu berani menyematkan stigma-stigma buruk pada bangsa kita ini. Kalau orang asing menghina kita sebagai bangsa yang terbelakang dan bodoh, maka kita harus mengamini dan memaparkan bukti bahwa bangsa kita memang terbelakang. Tidak bisa kita pungkiri, kenyataan menyedihkan ini kita temukan dalam dunia intelektual kita. Untuk disebut intelektual, sastrawan, budayawan dan pakar yang kritis harus berani mencari aib bangsa sendiri untuk dibeberkan kepada orang asing. Apa ini namanya kalau bukan pengkhianatan?. 

Tidakkah kita melihat ada tujuan-tujuan politis dibalik stigma-stigma buruk yang disematkan negara lain pada bangsa kita?. Tidak sedikit negara yang lebih tertinggal dari Indonesia namun masih bisa membusungkan dada dan disegani di dunia internasional karena mereka punya harga diri dan berusaha menjaganya. Ketika diberi stigma buruk, mereka justru melakukan usaha untuk menepis stigma itu.

Prestasi Anak Bangsa dan Penyikapan Kita

Tampak ada kecenderungan masyarakat kita lebih tertarik mengkonsumsi berita-berita pelajar yang terlibat tawuran dan yang berani tampil bugil dibanding prestasi-prestasi yang diraih anak-anak muda kita. Anggapan yang timbul pun cenderung melihat anak-anak muda kita sebagai potensi masalah ketimbang sebuah harapan. Seberapa banyak dari kita yang mengenal Muh. Firmansyah Karim, pelajar SMA Athirah Makassar yang mengejutkan dunia intenasional dengan meraih medali emas tahun 2007 pada ajang Olimpiade Fisika Internasional (IPhO) ke-38 di Isfahan Iran. 

Medali emas indonesia dipersembahkan pelajarkelas I padahal hampir semua peserta olimpiade adalahkelas III SMA dan soal-soal yang diberikan setaradengan soal fisika tingkat S2/S3. Selesai upacara pemberian medali, semua orang menyalami. Prof. Yohanes Surya Ph.D pembina Tim menceritakan, “…86 negara mengucapkan selamat, suasananya sangat mengharukan, saya tidak bisa menceritakan dengan kata-kata.. Gaung kemenangan Indonesia menggema cukup keras. Seorang prof dari Belgia mengirim sms seperti berikut: Echo of Indonesian Victory has reached Europe! Congratulations to the champions and their coach for these amazing successes!" dan orang Iran memeluk sambil berkata "great wonderful...". Tidakkah cerita ini turut menggetarkan hati kita?.

Pada Olimpiade Fisika Asia ke 8 di China.  Kembali secara luar biasa Muhammad Firmansyah Kasim (SMA Athirah Makasar) berhasil mengalahkan seluruh pasukan Naga (China) sebanyak 16 orang yang menjadi tuan rumah dalam bidang eksperimen Fisika, sekaligus meraih medali emas.

Begitupun pada ajang olimpiade sains lainnya, pelajar-pelajar kita selalu mempersembahkan prestasi yang gemilang. Kitapun mungkin telah lupa dengan Sulfahri, siswa SMA Negeri 1 Bulukumba yang telah menjadi duta Indonesia di ajang International Exhibition for Young Inventor (IEYI) di New Delhi,India 2007 dan tercatat sebagai seorang penemu muda internasional.

Begitupun Firman Jamil, seniman Indonesia asal Sul-Sel mengukir prestasi yang tidak kalah gemilangnya. Firman Jamil telah beberapa kali melanglang buana ke luar negeri, dalam rangka pementasan karya seninya. Salah satunya, berhasil lolos seleksi pada Festival Seni Patung Outdoor di Taiwan dari 165 seniman pelamar dari berbagai belahan dunia.

Sayapun merasa perlu untuk menyodorkan nama cendekiawan muslim Indonesia, Dr. Luthfi Assyaukanie yang menjadi mahasiswa asing pertama Universitas Melbourne yang memenangkan "Chancellor's Prize"setelah tesis doktoralnya terpilih sebagai disertasi terbaik diantara hampir 500 tesis lainnya. Bahkan salah seorang astronot kita, Dr. Johni Setiawan tercatat sebagai 1 dari 4 orang di Jerman yang menemukan planet. Dr. J.Setiawan yang baru berusia 30 tahun menemukan planet ekstra solar yang mengelilingi bintang HD11977 yang berjarak 200 tahun cahaya. Yang tidak kalah gemilangnya, Bocah Indonesia, March Boedihardjo, mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU) dengan usia sembilan tahun. Bila lulus nanti, March akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. 

Di Iran sendiri, pelajar-pelajar Indonesia diantara pelajar-pelajar asing lainnya selalu memiliki indeks prestasi tertinggi. Logikanya, jika anak-anak bangsa ini sering berprestasi bahkan sampai ajang internasional berarti memang SDM kita tidak perlu diragukan. Prestasi sesederhana apapun yang diraih anak bangsa harus didukung dan diapresiasi. Bukan dicelah atau difitnah. Bahkan sampai mengatakan prestasi olimpiade sains atauprestasi lainnya hanya kamuflase dan tidakmencerminkan kondisi pendidikan dan kualitas manusia Indonesia. 

Prestasi yang diraih bukanlah tujuan melainkan merupakan propaganda bahwa kitapun tidak kalah, punya daya saing dan kehormatan. Negara ini dibentuk dan diperjuangkan kemerdekaannya oleh para pendahulu memang bukan untuk unggul di atas bangsa-bangsa, namun agar diakui sebagai bangsa yang memiliki kedaulatan, bangsa yang akan mensejahterahkan rakyatnya. Simak saja, penggalan pidato Ir. Soekarno pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, "Di dalam Indonesia merdeka kita melatih pemuda kita, agar supaya menjadi kuat. Di dalam Indonesia merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baiknya." 

Memang saat ini kondisi sosial kita buruk, mesti kita akui itu. Namun marilah kita melihat peluang-peluang yang bisa dilakukan dan hal-hal baik yang mesti dipelihara. Lihatlah betapa banyak gunungan potensi yang dimiliki bangsa ini. Negara ini belum berakhir. Kita sudah divonis menderita krisis ekonomi akut, namun kenyataan mempertontonkan masyarakat kita masih saja mampu berjubel di mall-mall yang membuat para pengamat luar negeri terheran-heran. Sayapun tidak sepakat kalau kita disibukkan hanya dengan mengejar prestasi lalu mengabaikan kesejahteraan rakyat yang menjadi tujuan utama bangsa ini. Sebab pendidikan merupakan urusan yang lebih tinggi ketimbang menjadi juara olimpiade dan lulus UAN. 

Pendidikan adalah kekuatan strategis dan terpokok dalam mengeluarkan bangsa ini dari lubang derita. Pendidikan mengajarkan kita tentang identitas, harga diri bahkan ideologi sebuah bangsa. Namun, saya lebih tidak sepakat lagi dengan upaya-upaya menggembosi dan mencemooh terus menerus bangsa ini. Bagi saya itu menunjukkan bahwa kita benar-benar bangsa yang bodoh. 

Wallahu 'alam bishshawwab.

Ismail Amin
Mahasiswa Mostafa International University Islamic Republic of Iran


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Tentang Saya

Foto saya
Lahir di Makassar, 6 Maret 1983. Sekolah dari tingkat dasar sampai SMA di Bulukumba, 150 km dari Makassar. Tahun 2001 masuk Universitas Negeri Makassar jurusan Matematika. Sempat juga kuliah di Ma’had Al Birr Unismuh tahun 2005. Dan tahun 2007 meninggalkan tanah air untuk menimba ilmu agama di kota Qom, Republik Islam Iran. Sampai sekarang masih menetap sementara di Qom bersama istri dan dua orang anak, Hawra Miftahul Jannah dan Muhammad Husain Fadhlullah.

Promosi Karya

Promosi Karya
Dalam Dekapan Ridha Allah Makassar : Penerbit Intizar, cet I Mei 2015 324 (xxiv + 298) hlm; 12.5 x 19 cm Harga: Rp. 45.000, - "Ismail Amin itu anak muda yang sangat haus ilmu. Dia telah melakukan safar intelektual bahkan geografis untuk memuaskan dahaganya. Maka tak heran jika tulisan-tulisannya tidak biasa. Hati-hati, ia membongkar cara berpikir kita yang biasa. Tapi jangan khawatir, ia akan menawarkan cara berpikir yang sistematis. Dengan begitu, ia memudahkan kita membuat analisa dan kesimpulan. Coba buktikan saja sendiri." [Mustamin al-Mandary, Penikmat Buku. menerjemahkan Buku terjemahan Awsaf al-Asyraf karya Nasiruddin ath-Thusi, “Menyucikan Hati Menyempurnakan Jiwa” diterbitkan Pustaka Zahra tahun 2003]. Jika berminat bisa menghubungi via SMS/Line/WA: 085299633567 [Nandar]

Popular Post

Blogger templates

Pengikut

Pengunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Ismail Amin -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -