Posted by : ismailamin
Senin, 07 September 2015
Ada yang menarik dari ustad Syamsi Ali. Meski
telah mengislamkan ribuan non muslim di benua Amerika dan Eropa tetap saja ada
yang nyinyir. Kenapa? beliau dianggap tidak layak jadi Imam Masjid oleh warga
Arab di AS, karena katanya non Arab tidak layak mengimami muslim Arab. Ia bukan
hanya tidak berjenggot, tapi malah pelihara kumis. Ia tidak mengenakan jubah
apalagi surban, sebagaimana umumnya imam-imam masjid besar. Ia juga dituding
anggota FBI dan kaki tangan AS yang karena sikap kerasnya terhadap
gerakan-gerakan intoleran dianggap menghambat dakwah Wahabi di AS.
Keakrabannya dengan tokoh-tokoh agama non
Muslim, termasuk Rabbi Yahudi, bahkan sampai menulis buku bersama,
menjadikannya ia disebut sebagai agen Zionis. Kebiasaannya berceramah di Gereja
dan menyampaikan Islam di pertemuan-pertemuan Kristiani, membuatnya dituduh
melakukan gerakan pemurtadan terselubung. Bahkan pembelaannya terhadap Syiah,
membuat dia dimusuhi kelompok takfiri dan akhirnya rela menyerahkan jabatannya
sebagai Imam Masjid ICC New York, demi konsistensinya mendakwahkan Islam yang
ramah dan bersahabat bagi semua orang yang mencintai perdamaian. Baginya,
jabatan dan kedudukan bagi seorang dai tidaklah penting, yang terpenting adalah
tetap memegang teguh kebenaran yang diperjuangkannya.
Ia pernah dikecam habis-habisan oleh kelompok
muslim radikal, karena ia mengizinkan ruang bawah tanah masjid untuk dijadikan
latihan band anak-anak muda muslim NY. Menurut ustad enam anak ini, itu lebih bisa
mengajak anak-anak muda tersebut shalat berjamaah di masjid setiap waktu shalat
tiba. Sikap tolerasinya yang tinggi terhadap non muslim dan kedekatannya dengan
anak-anak muda AS, membuat seorang ulama Afrika Selatan sampai memfatwakan
keharaman untuk hadir dimajelis ceramah-ceramahnya dan menjadi makmum dalam
jamaah yang diimaminya.
Ia tidak bergeming dari jalan dakwah yang dipilihnya. Ia tetap mengembangkan dakwah dengan caranya yang inklusif, toleran, ramah dan penuh persahabatan menjadikan dakwahnya disukai baik oleh muslim Indonesia di AS, maupun warga muslim asing dan AS sendiri termasuk oleh komunitas non muslim. Pelan-pelan, lewat keterbukaan dakwahnya, Islam mulai diterima di AS dan tidak lagi dipandang sebagai agama teroris pasca tragedi WTC 11 September 2011 yang menyisakan traumatik yang mendalam bagi warga AS.
Ia menulis buku, "Menebar Damai di Bumi Barat" satu dari empat bukunya. Ia mengisi dialog-dialog antar agama diseantero Eropa dan Amerika. Ia perkenalkan Islam yang mampu hidup bersama membangun peradaban yang lebih manusiawi dengan penganut agama apapun. Di Indonesia ia tidak begitu dikenal, Fanspagenya saja, hanya dilike 16 ribu orang, kalah jauh dari pencapaian FP Jonru yang dilike sampai 600 ribu orang. Tapi keduanya memang tdk bisa dibandingkan, Ustad Syamsi Ali [oleh media Barat ia disebut Imam Shamsi Ali] telah mengislamkan ribuan non muslim, sementara Jonru malah mengkafirkan kurang lebih 200 juta muslim karena kengototannya menyebut Syiah itu bukan muslim, sambil menutup mata, ratusan ribu umat Syiah naik haji tiap tahun ke tanah suci Mekah.
Wikipedia Indonesia menceritakan tentangnya, tidak
lebih dari 3 paragraf, tanpa satupun foto, tanpa sumber rujukan, hanya dibuat
ala kadarnya. Tidak sebagaimana Wikipedia berbahasa Inggris yang menyajikan
profilnya secara detail, dari mulai kelahiran, riwayat pendidikan, karir dakwah
sampai penghargaan-penghargaan internasional yang diraihnya dengan 25 sumber
rujukan media nasional maupun asing.
Dengan tubuhnya yang kecil, ia memang tidak
merasa perlu membesar-besarkan diri atas kerja-kerja dakwah yang dilakukannya. Tapi
warga Indonesia di AS sangat tahu itu. Dia diberi gelar yang sangat prestesius,
IMAM BESAR.
Ia tetap sosok yang rendah hati, setiap pulang
kampung, ia senyap dari pemberitaan, kalaupun muncul, itu karena namanya
disebut sebagai pembicara sebuah seminar atau acara-acara yang membedah bukunya di
kota. Itupun masih
kurang populer dari Ust. Felix Siaw. Padahal di AS, Koran-koran
yang memuat artikel Islamnya laku keras bak kacang goreng. Ia tidak melupakan kampung halamannya di tanah
Kajang, Bulukumba Sulawesi Selatan, Setiap pulang, ia tetap bersedia menjadi imam masjid kampung
dan berceramah dengan bahasa Bugis untuk masyarakat di tanah kelahirannya. Ia
tetaplah Utteng [nama kecilnya] yang dulu dikenali teman-teman masa kecilnya.
Tidak ada kebanggaan intelektual sama sekali.
Ia bisa saja menjadi sangat kaya
jika mau dan memamerkannya. Tapi ia tetap hidup sederhana. Ia tidak pernah berpose menaiki moge,
atau bercerita ke media bagaimana rasanya menunggagi Lamborghini saat diundang
berceramah. Tapi dialah yang pertama bahkan satu-satunya dai Indonesia yang
menyampaikan dakwah Islam secara langsung, dihadapan tiga presiden Amerika
Serikat, Bill Clinton, George W Bush dan Barack Obama. Dia
dai Indonesia pertama yang muncul dan diwawancarai di sejumlah stasiun TV
Internasional, di ABC, PBS, BBC World, CNN, Fox News, National Geographic,
al-Jazeera, dan Hallmark Channel. Artikel-artikelnya mengenai Islam dimuat di Koran-koran
terkemuka Amerika. Ia didaulat sebagai tokoh muslim paling berpengaruh di kota
New York oleh New York Magazine pada tahun 2006. Tidak cukup dengan itu, ia
termasuk dari 500 tokoh paling berpengaruh di dunia, selama 3 tahun berturut-turut,
2009 sampai 2011 versi Universitas Georgetown.
Saat ini, tiba-tiba ia diperbincangkan di Indonesia.
Bukan karena ia baru saja mengislamkan non muslim, tapi karena ia mendapatkan
ancaman somasi dari Fadli Zon, wakil ketua DPR RI yang terhormat. Kritikannya
terhadap kehadiran sejumlah petinggi DPR RI di konferensi pers Donal Trump yang
mengkampenyakan dirinya sebagai bakal calon Presiden AS tentu sangat beralasan.
Dukungan terhadap Donal Trump, akan meruntuhkan dakwah Islam di AS yang selama
ini dirintis dan dibangunnya. Donal Trump bukan saja berbisnis dibidang real
state namun juga perjudian. Sebagai raja
judi di AS, tentu akrab dengan bisnis minuman keras, wanita penghibur dan
sekelasnya. Sementara itulah yang ditentang dan dilawan Ust. Syamsi Ali sejak
memulai dakwahnya di AS tahun 1996.
Bukan hanya itu Donal Trump juga anti
Islam. Ia sering mengeluarkan pernyataan yang memicu kontroversial dan
menyakiti hati umat Islam. Bahkan pada tahun 2015, Trump dianugerahi "Liberty
Award" pada acara "Algemeiner Jewish 100 Gala" sebagai bentuk
penghargaan atas kontribusi positifnya dalam hubungan antara Amerika Serikat
dan Israel. Mengharapkannya
menjadi Presiden AS adalah mimpi buruk bagi dakwah Islam di AS. Ustad Syamsi
Ali berteriak keras di media, ia protes, bukan karena hendak merusak karir
politik Fadli Zon, ia bahkan bukan seorang politisi, tapi karena dakwahnya
diusik. Mengiyakan rakyat Indonesia menyukai Donal Trump adalah kesalahan fatal
yang tidak hanya cukup dengan meminta maaf saja.
Ustad
Syamsi Ali tidak ingin populer melalui polemik, tidak sebagaimana aktivis
dakwah online yang hari ini membanggakan likers FPnya yang telah menembus angka
600 ribu karena keberhasilannya membuat sesuatu yang kontroversi. 16 Jam lalu
dari tulisan ini dibuat, ustad Syamsi Ali menulis pesan di FPnya:
Dear teman-teman, kalau dalam bahasa
Al-qurannya: "maa alaika illal balaagh" (kewajiban kamu hanya
menyampaikan saja). Dan "alaa fahal qad ballaghtu" (ya Allah tidakkah
saya sudah sampaikan)?
Selebihnya biarlah Allah yang menilai, lalu
juga masyarakat menilai apa sesunguhnya di hati dan pikiran kita masing-masing.
Ketika berkata, bersikap, bagi seorang yang beriman dengan Allah, semua itu
akan dipertanggung jawabkan.
Saya mau hentikan ini karena terlalu banyak
dukungan, bahkan pujian. Khawatir niat saya bergeser dari keinginan memperbaiki
ke keinginan membusungkan dada dan merendahkan orang lain.
Untuk itu,
dengan ini saya nyatakan masalah ini saya akhiri. Insya Allah semangat amar
ma'ruf nahi mungkar takkan surut. Untuk saat ini saya khawatir jika hati ini
terjangkiti penyakit riya....
Ini juga bukan sekedar diskusi untuk
menang-menangan. Tapi untuk menjadi pelajaran untuk kita semua melangkah ke
depan yang lebih baik.
Terima kasih kepada semua yang telah mendukung
langkah saya. Dan maaf kepada siapa saja yang kira-kira karena apapun kurang
berkenang dengannya.
Sekali lagi saya bukan politisi dan tidak punya
kepentingan politik apa-apa. Saya hanya ingin melihat bangsa dan negara saya
maju, kuat, sehebat bangsa-bangsa besar lainnya.
Perjuangan masih panjang!
Terima kasih dan wallahu ya'fu an katsiir!
***
Iya benar ustad, banyaknya dukungan dan pujian
bukan untuk dibanggakan dan dirayakan, bukan pula untuk dibuatkan
branding khusus untuk dipamer-pamerkan. Banyaknya pendukung dan pemuji bukan
untuk dimenang-menangkan. Ia justru menjadi ujian, apakah pendukung itu bisa
diajak untuk mengembankan dakwah Islam yang cinta damai atau untuk diajak
saling membenci satu sama lain.
Perjuangan
masih panjang. Masih banyak yang belum mengenal Islam dengan baik. Termasuk
masih banyak dai yang memperkenalkan Islam justru dengan cara-cara yang tidak
baik.
Sesama warga Bulukumba, saya ingin suatu hari bertemu di masjid kampung
di Butta Panrita Lopi, mencium tanganmu dan menimba ilmu banyak darimu.
Related Posts :
- Back to Home »
- Sosok , Wahdah Islamiyah »
- Syamsi Ali, Dai Rendah Hati Meski Dakwah Mendunia