Posted by : ismailamin
Sabtu, 18 April 2015
"..sampaikanlah berita itu
kepada hamba- hamba-Ku, yang mendengarkan (semua) perkataan lalu mengikuti apa
yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi
Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat." (Qs. Az Zumar: 17-18)
Firman Suci Allah Swt di atas menjadi
pedoman sebagaimana semestinya kita berdiskusi dengan sesama muslim. Bahwa
hamba-hamba Allah yang mendapat petunjuk dan menggunakan akal mereka hanyalah
mereka yang mendengarkan semua perkataan, pendapat dan pemahaman yang kemudian
ia mengikuti perkataan atau pemahaman yang lebih baik, lebih kuat hujjahnya dan
secara pribadi lebih bisa dipertanggungjawabkan, bukan karena ikut-ikutan dan
taklid buta, tanpa tahu alasannya. Diskusi atau dialog diperlukan, bagi mereka
yang menghendaki kebenaran, namun bagi yang mencari pembenaran, diskusi tidak
ada artinya.
Diantara kaidah membenturkan
pandangan menurut al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Pertama, menyampaikan pendapat atau
pandangan secara santun dan beretika sesuai dengan akhlak baik yang dijunjung
tinggi dalam Islam, tidak boleh menghina dan berargumen dengan kata-kata kotor,
“…ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (Qs. Al-Baqarah: 83)
Kedua, memberikan sanggahan terhadap
sebuah argumen dengan tetap mengedepankan penghormatan dan pemuliaan kepada
sesama muslim, “…dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (Qs. An Nahl:
125)
Ketiga, jika mengharuskan memosting
gambar atau link berita, artikel, hadits, ayat atau fatwa yang berkaitan dengan
tema pembahasan yang sedang diskusikan untuk memperkuat argument, harus bersumber
dari rujukan yang benar dan bukan hasil rekayasa. Dan menghindari memosting
gambar-gambar yang tidak senonoh dan link yang
tidak bisa dipertanggungjawabkan kevalidan dan kebenarannya. Hindari berita-berita fitnah ataupun kabar yang belum melalui proses
tabayyun terlebih dahulu, (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu
dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui
sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada
sisi Allah adalah besar” (Qs. An Nuur: 15)
Keempat, menghindari kata-kata yang
tidak sopan ataupun memanggil dengan gelaran yang buruk, tidak boleh menghina
apa-apa yang dihormati masing-masing kelompok, “…dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan.” (Qs. Al Hujuurat: 11)
Kelima, setiap tanggapan, argumen
atau bantahan harus dilandasi oleh keinginan yang tulus dan jujur untuk mengetahui
yang lebih mendekati kebenaran, bukan dilandasi oleh kebencian dan permusuhan
yang tidak beralasan dan tidak bisa dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt
kelak. “…janganlah kebencianmu membuatmu tidak berlaku adil.” (Qs. Al Maidah: 8)
Keenam, tidak boleh memaksakan
pendapat. “… karena sesungguhnya, tugasmu hanya menyampaikan saja.” (Qs. Ar
Ra’du: 40)
Ketujuh, dalam berpendapat harus
disertai dengan penggunaan akal yang disertai argumen
dengan hujjah yang kuat, berdasarkan dalil dari al-Qur’an dan Sunnah
serta pandangan yang rasional dan tidak bertentangan dengan akal sehat. Harus
ada kerelaan untuk menerima pendapat yang lebih kuat hujjahnya dan lebih
rasional argumennya. “..dan Allah menimpakan kemurkaan kepada
orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (Qs. Yunus: 100)
Kedelapan, jangan memberikan argumen
yang berdasarkan prasangkaan belaka, kecurigaan dan memvonis dengan hal-hal
yang belum bisa dipastikan kebenarannya. “..Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.” (Qs.
Yunus: 36)
Kesembilan, tetap berbuat baik, jika
pada akhirnya, masing-masing tetap memegang teguh pendapatnya, tidak boleh
saling menyesatkan apalagi mengkafirkan, selama pendapat-pendapat yang dipegang
teguh tersebut, bukan pembatal keIslaman, maka kaidah “semua mukmin bersaudara,
harus tetap diberlakukan, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” Qs.
Al-Hujurat: 10)
Kesepuluh, meyakini bahwa yang
paling mengetahui siapa yang berada dalam kebenaran dan siapa yang berada dalam
kesesatan, hanyalah Allah Swt, sehingga keyakinan ini akan mencegah perilaku
saling memberi vonis sesat satu sama lain. “..Sesungguhnya
Tuhanmu, Dia-lah yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan
Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al Qalam: 7)
Semoga Allah Swt merahmati kita
semua dan memberikan petunjukNya untuk bisa menemukan dan menetapi kebenaran…
Ismail Amin, sementara menetap di
Iran.