Posted by : ismailamin
Sabtu, 18 April 2015
Menolak dengan baik atau meminta maaf tidak bisa
membantu jauh lebih baik dari bersedekah namun menyakiti hati penerimanya.
Allah Swt menyebutkan hal tersebut dalam Al-Qur'an
surah Al Baqarah ayat 263. Lengkapnya begini:
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih
baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si
penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun."
Mengapa demikian? Sebab bersedekah namun
menyakiti hati penerimanya, sama saja tidak bersedekah. Menyakiti hati dan
perasaan sipenerima bukan saja menghapus pahala sedekah, namun malah menambah
catatan dosa baru.
Kita bisa baca pada ayat selanjutnya. Bahwa pahala
dan kebaikan sedekah bisa rusak dengan menyebut-nyebut, mengungkit-ungkit dan
menyakiti perasaan penerimanya.
Allah SWT mengumpamakan orang yang melakukannya
seperti batu yang licin, yang diatasnya ada debu, kemudian datang hujan lebat yang
membuat batu itu licin kembali. Orang yang sebelumnya bersedekah namun menyertainya
dengan tindakan menyakiti perasaan penerimanya tidak akan memperoleh apapun
dari apa yang mereka kerjakan.
Bersedekah, berinfaq, berzakat, membantu dengan
barang yang berguna sangat dianjurkan dalam Islam. Kedudukannya diposisikan
sama dengan shalat dan puasa. Namun, sama halnya shalat dan puasa, pahala
sedekahpun bisa rusak atau bahkan hilang sama sekali ketika dikaitkan dengan
perasaan orang lain.
Seorang sahabat pernah bertanya kepada
Rasulullah Saw, 'Ya Rasulullah Saw, ada seorang muslimah yang rajin shalat pada
malam hari dan tidk pernah meninggalkan puasa pd siang hari. Tapi setiap ia
berkata, ia selalu menyakiti hati yang mendengarnya. Hampir semua tetangganya
tersakiti karenanya. Bgaimana kedudukan dia ya Rasulullah?'. Rasul menjawab singkat,
'Ia di neraka!'.
Saudaraku, jangan rusak pahala shalatmu dengan
menghardik dan enggan membantu sesama. Bahkan bukan sekedar dapat merusak
pahala shalat, kita bahkan disebut celaka oleh Allah, 'fawailul lilmushallin'.
Jangan kau hancur leburkan kebaikan puasamu dengan menggunjing dan menggibah
orang lain. Dan jangan kau rusak sedekahmu dengan menyakiti hati penerimanya.
Allah mencintai hamba-hambaNya yang shalat,
puasa dan bersedekah namun akan sangat murka jika yang menyakiti hati
hamba-hambaNya adalah mereka yang shalat, puasa dan bersedekah itu. Jika kita
bermaksiat kepada Allah karena telah lalai mendirikan shalat, lalai dalam
berpuasa dan bersedekah, dengan beristighfar dan memohon ampun disertai rasa
penyesalan yang sangat, Allah akan memberikan ampunan (tentu disertai dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku, mengganti shalat dan puasa yang telah
ditinggalkan misalnya)
Namun jika dosa kita, kedurhakaan dan kesalahan yang
kita lakukan berkaitan dengan hak-hak orang lain yang terabaikan. Allah tidak serta
merta menghapus dosa-dosa kita sebelum meminta keridhaan mereka yang telah
dilanggar haknya. Jangan selalu mengartikan hak adalah harta. Hak untuk tidak
disakiti, hati dan fisiknya, jiwa dan perasaannya. Hak untuk tidak diremehkan.
Hak untuk mendapatkan penghormatan dan pemuliaan. Itu adalah hak-hak manusia
lain yang wajib untuk kita tunaikan. Ada
ulama yang pernah ditanya, "Berapa batasan minimal harta yang
disedekahkan?" Beliau menjawab, "Batasan minimalnya, sampai
sipenerima tidak meresa terhina dengan sedekah tersebut."
Inti pesan ajaran Islam sesungguhnya, lebih
berhati-hatilah bertindak kepada sesama manusia, daripada kepada Allah swt.
Islam diturunkan buat kepentingan dan memberikan maslahat kepada seluruh umat
manusia. Al-Qur'an dimulai dengan nama Allah dan diakhiri dengan surah yang
berkaitan dengan An Nas (manusia). Shalat dimulai dengan membesarkan asma Allah
dan diakhiri dengan menyebarkan salam kepada sesama manusia...
Allah tidak melulu melihat banyaknya shalatmu,
puasa, sedekah dan naik hajimu, tapi lebih melihat bagaimana kau memperlakukan
sesamamu.
Maaf lahir batin. Semoga bermanfaat.
Ismail Amin, sementara menetap di Qom, Iran.