Posted by : ismailamin Sabtu, 18 April 2015

Dalam pandangan saya, diantara hak-hak orang lain yang paling sering diabaikan, adalah hak untuk mendapatkan informasi yang benar dan hak untuk memilih keyakinan berdasarkan infomasi yang dianggapnya paling benar.

Nabi Saw pernah datang untuk memberi kita keteladanan yang luar biasa mengenai pemenuhan kedua hak ini. Nabi Saw datang ke tengah-tengah masyarakat jahiliyah, yang hidupnya diliputi kebodohan dan kesyirikan. 

Akhlak dan moral mereka rusak. Nabi Saw memenuhi hak mereka yang pertama, yaitu datang untuk menyampaikan kabar yang benar tentang bagaimana mereka seharusnya berkeyakinan dan menata hidup. Nabi Saw dibantu keluarga dan sahabat-sahabatnya, menyampaikan hal itu siang malam. Nabi Saw gigih dalam menunaikan hak orang lain yang telah menjadi kewajibannya, yang harus beliau tunaikan. Nabi menyampaikan pesan-pesan Al Quran dengan cara yang santun, lembut, penuh kasih dan arrahmah. Bahkan Allah Swt mengingatkan, bahwa kalau kamu keras dan kasar dalam dakwahmu, maka orang-orang akan menjauhimu, yang dengan itu mereka tidak terpenuhi haknya, dan kamupun terkategori tidak memenuhi kewajiban dengan baik.

Terlaksanalah kewajiban yang pertama, dan orang-orang mendapat haknya, yaitu hak untuk mendapat informasi yang benar. Hak selanjutnya, adalah hak untuk memilih. Dari informasi yang disampaikan Nabi, ada yang memilih percaya, dan ada yang memilih tidak percaya, dan menganggap apa yang diinformasikan Nabi itu dusta dan terlalu mengada-ada. Nabi Saw, kembali menunaikan hak-hak mereka. Yang mempercayainya, Nabi jadikan pengikut dan sahabat-sahabatnya, yang tidak mempercayainya, Nabi menjadikannya kelompok yang harus ditoleransi dan dihargai pilihannya. Nabi berkata, agamamu adalah agamamu, agamaku adalah agamaku, apa yang kamu sembah, tidak akan kami sembah, sebagaimana kamupun tidak akan menyembah apa yang kami sembah.

Dalam bahasa lain, tidak ada paksaan dalam agama. Jadi silahkan jalankan, yang telah menjadi pilihanmu, sebagaimana kami menjalankan juga apa yang telah menjadi pilihan kami sebagai keyakinan yang paling kuat dan absah. 

Jadi, Nabi sama sekali tidak memusuhi mereka yang tetap musyrik, tetap jadi Yahudi, tetap sebagai Nashrani, bahkan yang anti tuhan sekalipun. Terus yang dimusuhi dan diperangi Nabi dan sahabat-sahabatnya siapa?. Mereka yang berbuat zalim, dengan melanggar hak-hak orang lain. Mereka diperangi bukan karena tidak mau masuk Islam, bukan karena mereka memilih untuk tetap musyrik, tapi karena memerangi dan mencelakakan mereka yang memilih untuk mempercayai Nabi dan memeluk Islam. Karena mereka telah melanggar dan menginjak-injak hak orang lain untuk dengan leluasa memilih dan menjalankan keyakinannya. Nabi memerangi mereka yang melanggar hak orang lain, memusuhi mereka yang anti toleransi. Bukan karena agama mereka beda.

Nah, dimasa kekinian, apakah kedua hak tersebut terpenuhi, dan dilaksanakan oleh mereka yang mengklaim diri sebagai pengikut Nabi?. Hak untuk mendapat infomasi yang benar dihalang-halangi, dengan mencecoki masyarakat dengan informasi yang salah, penuh rekayasa dan sarat fitnah. Hak untuk memilih dinodai dengan pemaksaan, ancaman bunuh dan fatwa penghalalan darah. Ada sebagian kecil kelompok Islam, yang menyebut Syiah itu kafir, sesat dan diluar Islam. Tapi ketika masyarakat hendak mencari tahu kebenaran dakwaan mereka, sebagai hak yang harus terpenuhi. Mereka melakukan tindakan ini: menutup ruang dialog, yang dibuka malah tabligh-tabligh akbar, pengajian-pengajian umum, seminar-seminar yang kesemuanya berisi hujatan, cacian dan pengadilan terhadap orang-orang Syiah secara in absential. Mereka menuntut pemerintah menutup yayasan-yayasan syiah, membubarkan penerbit buku dan pesantren-pesantren mereka, mendemo dan memblokir pengajian dan majelis-majelis Syiah. Bahkan dibuat artikel khusus yang berisi pelarangan untuk membaca buku-buku yang mereka sinyalir penulisnya Syiah atau bermuatan ajaran Syiah, lengkap dengan daftar judul-judul buku dan penerbitnnya. 

Tokoh-tokoh Islam sekaliber Prof. Dr. H. Quraish Shihab, ataupun aktivis pro kemerdekaan Palestina Dr. Joze Risal begitu saja mereka tuduh Syiah hanya karena berupaya memaparkan fakta dan kenyataan yang sebenarnya.

Dari mana orang-orang tahu tentang Syiah kalau bukan dari orang syiah sendiri?. Menurut mereka, yang paling tahu tentang Syiah, ya mereka yang anti Syiah. Orang-orang syiah tidak boleh diberi ruang untuk berbicara dan membela diri. Pendiri IJABI, baru sekedar rencana tampil di TV, sudah diprotes habis-habisan. Mengemis minta banyak orang mengirim SMS penolakan. 

Pendiri ABI, diminta hadir sebagai pemateri dalam sebuah seminar, tapi malah diblokir, dan tidak diberi hak bicara. Apa Nabi mencotohkan demikian?. Ingat, Al Qur'an sendiri mengabadikan argumen-argumen orang-orang kafir, yahudi, nashrani dan musyrik dan alasan-alasan mereka mengapa tetap bersikukuh dengan keyakinan mereka sebelumnya. Argumentasi Islam lebih kuat, jauh lebih rasional dan tidak terbantahkan, karena itu tidak pernah khawatir dengan argumen siapapun diluar Islam. Herannya, mereka yang hari ini mengklaim paling mewakili Islam malah melarang dan menutup ruang untuk Syiah memberikan argumentasinya. Di Yoqyakarta, yayasan Rausyan Fikr, mereka demo untuk ditutup dan aktivitas kajiannya dibekukan. 

Untuk pemenuhan hak yang kedua, apa lagi. Mereka telah terang-terangan dan mengeluarkan pernyataan secara terbuka, menghalalkan darah orang-orang yang memilih syiah. Bukan lagi sekedar ancaman, mereka malah telah mengumumkan perang dengan orang-orang syiah. Di sampang, mereka yang syiah diusir dari kampung halamannya dan dijadikan pengungsi di negerinya sendiri. Salah seorang dari mereka, terbunuh dengan usus yang terburai. Kalau memang, dalam keyakinan mereka, syiah itu bukan Islam, lantas mengapa mereka memberlakukan pemaksaan dalam agama? Mengapa memaksa, orang-orang syiah itu bertaubat, mengucap syahadat dan masuk Islam? Apa Nabi Saw pernah mencontohkan pemaksaan dalam agama?. Kalau dalam memilih agama saja tidak boleh ada paksaan, apalagi kalau sekedar memilih mazhab dan cara untuk berislam?. 

Akhi, antum tidak dimintai pertanggungjawaban atas pilihan orang lain, walapun itu ia memilih kekufuran atau kesesatan, tapi antum dimintai pertanggungjawaban mengenai bagaimana caramu menyampaikan kebenaran itu. 

Akhi, kalau dengan mereka yang mengaku Islam tapi malah dengan sengaja melalaikan shalat 5 waktu kalian bisa toleran dan memaklumi, lantas mengapa kalian malah mengancam bunuh orang-orang yang shalat dengan memilih menjamaknya sehingga tampak hanya seperti 3 waktu? 

Kalian bisa memaklumi mereka yang bahkan memilih tetap sibuk dengan aktivitasnya meskipun azan telah berkumandang, namun hati kalian mendidih marah ketika melihat ada seorang jamaah shalat yang shalat dengan tidak bersedekap? kalian mencari-cari alasan pembenaran keluarga Nabi dibantai dan dilecehkan tapi ketika sebuah majelis diselenggarakan untuk mengenang tragedi duka yang menimpa keluarga Nabi kalian malah murka dan menuntutnya untuk dibubarkan dan mengata-ngatai siapapun yang hadir di dalamnya dengan sebutan kafir dan sesat.

Akhi, berlaku adillah… karena adil lebih dekat pada takwa.

Hormatku..
Ismail Amin, sementara menetap di Qom, Iran. 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Tentang Saya

Foto saya
Lahir di Makassar, 6 Maret 1983. Sekolah dari tingkat dasar sampai SMA di Bulukumba, 150 km dari Makassar. Tahun 2001 masuk Universitas Negeri Makassar jurusan Matematika. Sempat juga kuliah di Ma’had Al Birr Unismuh tahun 2005. Dan tahun 2007 meninggalkan tanah air untuk menimba ilmu agama di kota Qom, Republik Islam Iran. Sampai sekarang masih menetap sementara di Qom bersama istri dan dua orang anak, Hawra Miftahul Jannah dan Muhammad Husain Fadhlullah.

Promosi Karya

Promosi Karya
Dalam Dekapan Ridha Allah Makassar : Penerbit Intizar, cet I Mei 2015 324 (xxiv + 298) hlm; 12.5 x 19 cm Harga: Rp. 45.000, - "Ismail Amin itu anak muda yang sangat haus ilmu. Dia telah melakukan safar intelektual bahkan geografis untuk memuaskan dahaganya. Maka tak heran jika tulisan-tulisannya tidak biasa. Hati-hati, ia membongkar cara berpikir kita yang biasa. Tapi jangan khawatir, ia akan menawarkan cara berpikir yang sistematis. Dengan begitu, ia memudahkan kita membuat analisa dan kesimpulan. Coba buktikan saja sendiri." [Mustamin al-Mandary, Penikmat Buku. menerjemahkan Buku terjemahan Awsaf al-Asyraf karya Nasiruddin ath-Thusi, “Menyucikan Hati Menyempurnakan Jiwa” diterbitkan Pustaka Zahra tahun 2003]. Jika berminat bisa menghubungi via SMS/Line/WA: 085299633567 [Nandar]

Popular Post

Blogger templates

Pengikut

Pengunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

- Copyright © Ismail Amin -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -