Posted by : ismailamin
Sabtu, 18 April 2015
Mengenai tujuan
terbentuknya keluarga, Al-Qur'an memaparkan setidaknya ada dua tujuan
terpenting. Pertama, membentuk anggota keluarga yang saleh, kedua menjadikan
keluarga sebagai salah satu faktor pembentuk masyarakat yang diridhai Allah
Swt. Selanjutnya, Al-Qur'an tidak meninggalkan kita begitu saja. Setelah
memaparkan tujuan terbentuknya keluarga, Al-Qur'an tidak luput untuk mengajari
kita bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Diantaranya, Al-Qur'an
menguraikan kisah-kisah teladan dari para Nabi tentang bagaimana mereka
membentuk keluarganya. Simak mengenai kisah Nabi Ismail As yang disampaikan
Al-Qur'an berikut, "Dan
ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam
Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah
seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya (keluarganya)
untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi
Tuhannya." (Qs.
Maryam: 54-55). Ayat ini menceritakan bahwa nabi Ismail As menyuruh keluarganya
untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
Lihat pula apa
yang dilakukan nabi Ibrahim As ketika harus meninggalkan istri dan anaknya yang
masih kecil di padang pasir yang terpencil. Beliau tidak berdo'a agar Allah Swt
memberikan makanan kepada istri dan anak yang akan diasingkannya tersebut,
tidak pula meminta agar Allah Swt memberikan jaminan tempat tinggal yang layak
bagi keduanya, melainkan melantunkan do'a, "Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah
mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (Qs. Ibrahim:
37).
Permohonan pertama Nabi Ibrahim As adalah agar keduanya tetap dijadikan
orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat, sementara mengenai rezeki dan makanan,
Nabi Ibrahim As menempatkannya pada
permohonan yang ketiga. Pada ayat-ayat selanjutnya pada surah yang sama, Nabi
Ibrahim As lebih mempertegas lagi permohonannya, "Ya Tuhanku, jadikanlah
aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami,
perkenankanlah doaku." (Qs. Ibrahim: 40). Lihat pula pesan orangtua yang
saleh Luqman al Hakim kepada anaknya, "Hai anakku, dirikanlah
shalat…" (Qs. Luqman: 17). Ataupun wasiat Amirul Mukminin Ali bin Abi
Thalib As kepada putranya yang tertulis dalam surat ke 31 Nahjul Balaghah yang
menempatkan pesan untuk tetap mendirikan shalat diurutan teratas.
Tampak sederhana, bahwa untuk membentuk keluarga yang sakinah,
langkah pertamanya, hanya menyuruh anggota keluarga yang lain untuk shalat.
Tetapi apa memang sesederhana itu?. Shalat bukanlah amalan yang dikerjakan
sekali, setelah itu selesai. Shalat membutuhkan kontinuitas, butuh kekuatan
untuk tetap konsisten dalam menjalankannya, bukan setahun dua tahun, melainkan
sepanjang umur. Karena itulah dalam mendirikan shalat, butuh bekal iman yang
tidak sedikit. Butuh keyakinan yang kuat tentang Tuhan dan hari akhirat yang
tetap terus dijaga. Iman bisa terkikis
bahkan terhapus sama sekali, digerus oleh kepentingan-kepentingan duniawi.
Untuk menjaga iman agar tetap bersemayam di dada, dibutuhkan suasana lingkungan
yang Islami. Lingkungan dimana Tuhan dan nilai-nilai agama diperbincangkan
sedemikian penting dan sesering mungkin. Lingkungan yang didalamnya
ajaran-ajaran agama diamalkan dalam laku perbuatan. Karena itu, cukup dengan
shalat, semuanya insya Allah bisa tetap terjaga sesuai koridor dan alur
semestinya. Sebagaimana pesan Al-Qur'an,
shalat yang benar dapat mencegah seseorang dari perbuatan yang keji dan
mungkar. Suami yang ahli shalat tidak akan melakukan penyelewengan, istri yang
ahli shalat tidak akan menodai kesetiaan dan anak-anak yang ahli shalat tidak
akan bertindak durhaka dan kurang ajar kepada kedua orangtuanya. Semuanya
berjalan sesuai dengan titah agama. Dalam keluarga yang demikianlah insya Allah
ditemui ketentraman dan ketenangan jiwa.
Untuk lebih meyakinkan mari kita simak apa yang disampaikan Imam
Ja'far Shadiq as kepada seseorang yang bertanya kepada beliau, "Ya putra
Rasulullah Saw, saya memiliki keluarga yang mendengarkan dan patuh atas semua
perkataan saya. Beritahukan kepadaku apa yang mesti saya wasiatkan kepada
mereka?". Imam Ja'far Shadiq membaca ayat, "Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu.." (Qs. At Tahrim: 6) kemudian beliau berkata,
"Pertama, nasehatkan kepada keluargamu untuk menghindari
perbuatan-perbuatan buruk. Kedua, ajak mereka pada ketaatan kepada Allah Swt
dengan memerintahkan shalat dan puasa. Ketiga, ajari mereka untuk membiasakan
etika dan adab sopan santun. Misalnya memberikan uang kepada orang fakir,
saling memberi hadiah dan ucapan selamat di hari-hari perayaan serta bagaimana
menyambut dan memuliakan tamu."
(Bihar al Anwar jilid 71 hal. 86).
Dikisahkan pula, Ayatullah Murtadha Muthahari (salah seorang ulama
Iran) sebelum azan subuh berkumandang telah terjaga dari tidurnya. Ia dengan
begitu berhati-hati dan pelan mendirikan shalat malam. Beliau tidak ingin
aktivitasnya itu menganggu atau membangunkan anggota keluarganya yang lain,
bahkan pada saat mengambil wudhu, ia begitu menjaga agar tetesan air wudhunya
tidak terdengar. Namun sesaat menjelang azan, beliau membangunkan seluruh
anggota keluarga, istri dan anak-anaknya untuk menunaikan shalat subuh secara
berjama'ah.
Namun sayang sekali, perhatian untuk
menjaga shalat sudah mulai ditinggalkan oleh keluarga-keluarga modern. Pesan
untuk shalat sudah terkesan kuno dan ketinggalan zaman. Tidak jarang, orangtua
lebih senang membangunkan anaknya untuk menonton pertandingan sepak bola di
televisi dari pada membangunkannya untuk shalat subuh. Anak lebih sering
dinasehatkan untuk rajin belajar, supaya pintar yang dengan itu bisa masuk di
sekolah yang bonafid, dan bisa diterima dilapangan kerja.
Orientasi belajar dan
menuntut ilmu bukan lagi diarahkan untuk lebih mengenal diri dan Tuhan,
melainkan supaya bisa mendapat kursi ditempat-tempat kerja. Kedua orangtua pun
sibuk mencari nafkah dalam upayanya mencari biaya sekolah buat sang anak.
Paradigma mendidik anak bergeser drastis. Mendidik anak bukan lagi berbicara
mengenai petuah dan nasehat kebajikan, melainkan bahasa asing apa lagi yang
belum dikuasai anak agar tidak ketinggalan dalam bergaul. Bukan lagi berbicara
mengenai keteladanan orangtua, tetapi seberapa banyak uang saku yang bisa orangtua
berikan.
Mendidik anak cenderung disama artikan dengan menyekolahkan anak.
Semakin anak disekolahkan setinggi-tingginya
terlebih lagi di sekolah yang mahal dan elit, maka semakin terpandang
pula kedudukan orangtua di tengah-tengah masyarakat sebagai orangtua yang berhasil dalam mendidik anak. Tentu tidak salah menyekolahkan anak
setinggi-tingginya, namun menjadi salah kalau sampai seratus persen menyerahkan
persoalan pendidikan anak sepenuhnya kepada sekolah. Keluarga semestinya
menjadi lembaga pendidikan bagi anak yang pertama dan utama, sementara
masyarakat dan sekolah hanyalah sebagai faktor penunjang. Keluarga yang bisa
menjalankan perannya sebagai lembaga pendidikan non formal bagi anak hanyalah
keluarga sakinah.
Caranya, jadilah ahli shalat dan tularkan pada anak.
Walllahu'alam
Bishshawwab
Ismail Amin, Mahasiswa Universitas Internasional
al Mustafa Republik Islam Iran
Related Posts :
- Back to Home »
- Ibadah , Keluarga »
- Shalat, Pembentuk Pilar Keluarga Sakinah
WhatsApp 085 244 015 689
BalasHapusTerimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D
WhatsApp 085 244 015 689
Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D