Posted by : ismailamin
Minggu, 19 April 2015
Dua
pekan sejak awal kedatanganku di Iran, pada pertengahan tahun 2007, saya
diundang sebagai peserta dalam Konferensi 6 BKPPI se-Timur Tengah yang diselenggarakan di
Aula Universitas Imam Khomeini, Qom.
Konferensi tersebut menghadirkan Prof. Dr.
Amin Rais, mantan ketua umum PP Muhammadiyah sebagai pembawa orasi ilmiah
pertama sekaligus membuka acara. Hadir pula Kuasa Usaha ad Interm (KUAI) KBRI
Tehran, Atase Pertahanan dan Fungsi Pensosbud, Staf Menhamkam, Staff Mendikbud,
sejumlah Rektor dan Dosen Universitas di
Indonesia, dan juga Delegasi PPMI Mesir, PPI Pakistan, PPI Yaman, PPMI
Jordania, PPI India, PPI Suriah, PPI Maroko, dan HPI Iran selaku tuan rumah.
Tema yang diusung dalam acara tersebut, “Membangun Kemandirian Bangsa, Menuju
Indonesia yang berkeadilan.”
Amin Rais yang juga mantan ketua umum MPR-RI
dalam penyampaiannya menegaskan, Sunni dan Syiah adalah mazhab-mazhab yang
legitimate dan sah dalam Islam. Beliau bahkan memberikan pengakuan akan tradisi
intelektual dan berpikir di Iran yang tidak pernah berhenti.
Ketika memberikan
perbandingan antara ulama Iran dengan ulama Indonesia, ia berkata, “Tanpa
mengurangi rasa hormat saya kepada ulama Indonesia memang tradisi intelektual
dan berfikir di Iran itu tidak pernah berhenti. Sementara ulama kita sudah
terjebak kepada fiqih sehingga Islam kadang-kadang menjadi fiqih, Islam itu
bukan pemikiran ijtihadi yang mencari terobosan, mencari pemecahan itu. Jadi
saya lihat bagaimana Ali Syariati menenggelamkan marxisme di Iran ini karena ia
menunjukkan resep-resep keIslaman secara kreatif sehingga intelektual Iran
tidak lagi tertarik kepada marxisme tersebut. Jadi anda jangan takut dituduh
syiah dan lain-lain; karena menurut saya Al Azhar juga dilahirkan oleh dinasti
Fatimiah yang juga Syiah.”
Sejumlah Rektor dan guru besar Universitas
Islam di Indonesia diantaranya Pof.DR.HM Ridwan Nasir.MA [Rektor IAIN Sunan
Ampel, Surabaya], Prof. DR. Abdul Jamil [Rektor IAIN Wali Songo,
Semarang] dan Prof. DR. Fuad Amsyari.Phd [Guru Besar Universitas Airlangga/
UNAIR, Surabaya] yang menyempatkan hadir dalam acara tersebut turut mengaminkan
apa yang disampaikan Amin Rais mengenai Iran dan Syiah. Dan juga tentu termasuk
tokoh-tokoh mahasiswa yang tergabung dalam organisasi pelajar Indonesia di
Mesir, Yordania, Pakistan, Maroko, India, Yaman dan Suriah.
Pernyataan-pernyataan para tokoh Islam
Indonesia tersebut yang menyatakan Syiah adalah salah satu dari mazhab Islam
yang legitimate tentu membuatku semakin memantapkan diri bahwa belajar di Iran
adalah bukan pilihan yang salah. Bahkan kesemua cendekiawan Islam tersebut
menunjukkan kebanggaannya kepada para pelajar Indonesia di Iran dan memesankan
untuk belajar sebaik-baiknya dan kelak turut memberikan sumbangsih kerja dan
pemikiran untuk kemajuan Indonesia.
Tidak ada pernyataan yang penuh kecurigaan
dan syak wasangka bahwa pelajar Indonesia di Iran sepulangnya kelak hanya akan
membawa benih-benih perpercahan dan kerusakan yang mereka tunjukkan. Sangat
berbeda dengan sejumlah orang yang mengklaim diri mereka sebagai ulama ataupun
pemikir Islam di Indonesia yang bahkan berkunjung ke Iran saja tidak pernah
tetapi mencecoki rakyat Indonesia dengan pemahaman-pemahaman yang keliru
mengenai Iran dan Syiah. Mereka bahkan pernah mengatakan mahasiswa Indonesia di
Iran ada 12 ribu orang, jauh lebih besar dari mahasiswa Indonesia di Mesir,
padahal saya dan teman-teman di Iran 150 orang saja tidak sampai. Apa itu
maksudnya kalau bukan hendak memprovokasi ummat?.
Dua tahun setelahnya, yaitu tahun 2009, kampus
dan asramaku di Qom mendapat kunjungan dari Prof. Dr. Quraish Shihab, mantan
Menteri Agama-RI dan mantan ketua umum MUI Pusat. Beliau blusukan melihat
langsung kelayakan asrama dan fasilitas kampus yang diperuntukkan untuk
mahasiswa asing. Ketika memasuki kamar asrama seorang teman dan menemukan di
rak buku ada deretan Tafsir al Misbah yang ditulisnya, sambil merendah beliau
mengatakan, “Wah, kalian sampai repot-repot membawanya kemari. Bukannya kitab
tafsir ulama Iran jauh lebih kaya dengan ilmu?”.
Beliaupun mengakui, salah satu
kitab rujukannya dalam menuntaskan Tafsir al-Misbah, adalah Tafsir al-Mizan
karya ulama Mufassir Iran, Allamah Thabathabai. “Jangan terjebak pada perbedaan
mazhab dalam menuntut ilmu.” Pesannya.
Beberapa bulan setelahnya di tahun yang sama, Muhammad Maftuh Basyuni, SH, menteri agama Kabinet Indonesia
Bersatu [2004-2009] yang meraih gelar sarjananya di Universitas Islam Madinah juga
melakukan kunjungan yang sama. Kedua tokoh Islam dan pejabat Negara tersebut
memberikan penegasan yang sama mengenai keabsahan Syiah sebagai mazhab yang
resmi dan diakui.
Tahun 2011, Dr. KH. Umar Shihab, ketua MUI-Pusat, di depan
para pelajar Indonesia di Iran memberikan pernyataan bahwa MUI Pusat tidak
pernah mengeluarkan fatwa yang menyebutkan Syiah sesat apalagi keluar dari
Islam. Syiah hanyalah sebuah mazhab yang memiliki sejumlah pandangan yang
berbeda dengan mazhab Ahlusunnah yang dianut mayoritas rakyat Indonesia, namun
perbedaan tersebut masih tetap dalam koridor Islam yang dapat ditoleransi.
“Perbedaan ada, tapi bukan hal prinsipil yang harus dipertentangkan, melainkan
harus menjadi tantangan untuk kita jadikan kekuatan untuk bisa bersatu.”
Ungkapnya.
Saat itu bersama rombongan KH. Umar Shihab juga ikut serta Prof Dr HM Galib MA, sekretaris MUI
Sul-Sel dan guru besar UIN Alauddin Makassar. Dalam pernyataan lainnya, KH.
Umar Shihab mengungkapkan, “Dalam kunjungan ini, kami tercengang melihat
khazanah kepustakaan Islam yang begitu lengkap di Teheran, Masyhad dan Qom, dan
sangat menyesal baru mengunjunginya di usia saya yang 70 tahun ini.”
Pada tahun 2012, giliran guru-guru besar UIN Alauddin
Makassar yang mengunjungi Iran. Sayang, kunjungan mereka bertepatan dengan
jadwal ujian di kampusku. Kesibukan akademik membuatku tidak berkesempatan
untuk bertemu dengan mereka. Ada sekitar 12 tamu yang datang, terdiri dari
beberapa guru besar dan doktor yang mewakili MUI Sulsel dan utusan dari Komisi
Fatwa MUI Pusat, Iranian Courner dan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Diantara
mereka, terdapat Prof. DR. Hamdan Juhannis, MA, guru besar Sosiologi UIN
Alauddin Makassar. Beliau secara berkala dalam tiga seri, menuliskan
pengalamannya selama kunjungannya di Iran dan dimuat di Harian Fajar.
Diantaranya dia menulis, “…segera setelah tiba di hotel dan setelah makan. Saya
mengambil sajadah untuk shalat dari lemari kecil hotel, lalu mata saya tertuju
pada kitab suci al-Qur’an di raknya, saya mengambil dan memeriksa lembar demi
lembarnya, dan betul kata Prof. Umar Shihab, bahwa al-Qur’an kita sama.”
Prof. Dr. Kamaruddin Amin
yang juga turut dalam rombongan ikut menuliskan opininya mengenai Iran dan
Syiah di harian yang sama. Beliau menyerukan persatuan umat Islam dalam
opininya tersebut, “Ketika Sunni dan Syiah mengakui Tuhan yang sama,
Nabi yang sama, Al Quran yang sama, kiblat yang sama, syahadat yang sama
mengapa perbedaan harus dibesar-besarkan?” tulisnya. (Fajar, 28/2/2012).
Said Abd. Shamad, Lc, yang oleh kalangannya sendiri
menyebutnya Kyai Haji, geram dengan adanya kunjungan ke Iran yang melibatkan
guru-guru besar UIN Alauddin dan tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh tersebut.
Dia menulis tanggapan di Harian Fajar dengan judul, “Jangan [mau] Diperdaya
Ayatullah Iran.”
Dalam tulisannya, dia dengan enteng menyebut, guru-guru besar
UIN Alauddin Makassar telah dengan mudah dikelabui oleh Ayatullah Syiah di
Iran. Dibagian akhir tulisannya, dia menulis, “Kenapa
harus jauh-jauh pergi mendengar tentang Syiah, sedang LPPI sudah sekian lama
mau menghadap UIN Alauddin untuk menjelaskan tentang hal itu namun ditolak
secara langsung atau tidak langsung.”
Jadi maksudnya, untuk tahu tentang Syiah, tidak usah sampai repot-repot ke Iran
segala, karena dia yang punya lembaga penelitian jauh lebih tahu tentang Syiah
dari pada ulama-ulama Syiah sendiri yang berada di Iran. Untung, tidak ada guru
besar yang mau percaya.
Pada bulan Februari tahun 2014 ini, sejumlah tokoh Sunni
mengunjungi kota Qom, Iran. Tokoh Sunni yang saya maksud diantaranya KH. Luthfi
Hakim, pengasuh Pondok Pesantren Ziyadatul Mubtadi-ien Jakarta, K.H Masyhari
Baidhawi, MA, Pimpinan pondok pesantren Darussalam Indramayu, Muhammad Aziz,
MA, dosen UIN Jakarta, Sayyid Ali al Hamid dan Sayyid Idrus al Habsyi, tokoh pemuda dari Front Pembela Islam
[FPI] Jakarta. Di salah satu agendanya
yaitu mengunjungi Uswah Press, Penerbit dan Percetakan Al-Qur’an terbesar di
Iran yang terletak di wilayah perbatasan Qom-Tehran, dan saya yang diamanahkan
untuk mendampingi mereka.
Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bahwa
percetakan Al-Qur’an di Iran menghasilkan cetakan Al-Qur’an yang sama persis
dengan yang dibaca mayoritas kaum muslimin lainnya. Bahkan cetakan Iran
diminati sejumlah Negara Timur Tengah lainnya. Tentu ini berbanding terbalik
dengan informasi yang beredar di Indonesia oleh sejumlah oknum yang
menyebutkan, Syiah memiliki Al-Qur’an yang berbeda, sehingga layak untuk
disebut sesat dan keluar dari barisan Islam.
Terakhir, di bulan September baru-baru ini, penegasan bahwa
Al-Qur’an Sunni dan Syah itu sama kembali dilontarkan oleh Direktur
Pascasarjana Insitut PTIQ Jakarta, Prof. Dr. M. Darwis Hude, MSi yang mengunjungi Iran dalam rangka memenuhi
undangan dari Lembaga Internasional Pendekatan antar Mazhab Islam untuk menjadi
pembicara dalam Dialog antar Mazhab Sunni-Syiah yang terselenggara di Qom
[22-23/9].
Beliau mengatakan, “Saya berterimakasih telah diundang untuk
melihat masyarakat Iran dari dekat. Bertemu dengan sejumlah ulama, mengunjungi
lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian Islam terutama pusat penelitan
Al-Qur'an yang bagi saya begitu sangat mengagumkan dan belum pernah saya lihat
di Negara-negara lain.” Hadir pula sejumah ulama dan tokoh Islam Indonesia
lainnya, seperti KH. Mustamin Arsyad Ketua MUI Makassar, DR. Daud Poliraja
ketua Dewan Masjid Indonesia, Kyai Mudrik al-Qari Pimpinan Pondok Pesantren
al-Ittifaqiyah Palembang dan Prof. DR. Aflatun Mukhtar MA Rektor UIN Raden
Fatah Palembang.
Dengan pernyataan para tokoh yang kesemua namanya saya
tuliskan di atas, dengan membawa nama baik organisasi dan lembaganya
masing-masing apakah kita masih juga memberikan kepercayaan kepada pihak-pihak
lain untuk mengambil pengaruh dengan menebarkan sikap permusuhan dan kebencian
kepada sesama muslim?
Terutama Said Abd. Shamad, Lc, yang bukan guru besar, bukan
pimpinan ormas Islam, bukan pimpinan pesantren, bukan alumni universitas timur
tengah, dan tidak pernah sama sekali ke Iran, yang hanya dengan modal komunitas
LPPInya namun dengan rasa percaya diri yang tinggi mengatakan, lebih tahu
tentang Syiah dari orang Syiah sendiri dan sedemikian merendahkan keilmuan
ulama-ulama Sunni hanya karena memberikan pengakuan atas keabsahan Syiah karena
memang secara obyektif melakukan tabayyun dan melihat langsung bukan dari
informasi yang berseliweran dari mulut ke mulut, anda mau menyerahkan urusan
ini kepada mereka?.
Kebenaran memang tidak didasarkan pada ketokohan seseorang,
namun seseorang ditokohkan orang banyak itu, karena konsistensinya pada
kebenaran.
Ismail Amin, sementara menetap di Iran
Related Posts :
- Back to Home »
- Iran , Tabayyun »
- Mereka Datang, Melihat dan Memberi Kesaksian
WhatsApp 085 244 015 689
BalasHapusTerimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D
WhatsApp 085 244 015 689
Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D